Tepat setelah Ujian Akhir Semester ( UAS ) aku bersama
sahabat satu jurusan berencana melakukan pendakian gunung lawu tepat pada hari
sabtu tanggal 11 januari 2014. Kami menamakan pendakian ini dengan nama “
CAKRAWALA HIKING “. Karena nama angkatan jurusan kami adalah “ CAKRAWALA “. Pukul 10.00 pagi kami
berkumpul didepan gedung Multi Purpose kampus. Dikarenakan persiapan kami belum
begitu matang, kami masih melengkapi perlengkapan. Setelah dirasa perlengkapan
kami telah lengkap, kami baru mulai perjalanan menuju karanganyar pukul 13.30.
dengan rombongan 7 motor beranggotakan 15 orang. Yang terdiri dari 12 orang
putra dan 3 orang putri.
Sahabat kami bernama afiq, yang tahu perjalanan menuju base camp kaki gunung tidak dapat berangkat bersama kami. Ia akan berangkat dari kediamannya. Akhirnya aku sebagai navigator dalam perjalanan ini. Dengan bermodalkan GPS dan peta yang telah di perbesar. Kami memulai perjalanan menuju karanganyar. Setelah memasuki kota klaten kami sedikit bingung, bisa di bilang kami sedikit nyasar. Akhirnya setelah menemukan jalan yang benar, kami melanjutkan perjalanan. kami melewati kota solo. sesampainya kami di kota kartasura kami melaksanakan sholat ashar dan dzuhur yang di jama’ dengan berjama’ah. Lalu kami melanjutkan perjalanan sampai di karanganyar dan jl. Lawu. Akhirnya kami bertemu dengan sahabat kami afiq yang berangkat dari kediamannya.
Hawa dingin telah menyergap tubuh kami, di lereng gunung lawu ini. Akhirnya kami sampai di base camp “ CEMORO KANDANG “ tepat pukul 19.00 kira-kira. Kami langsung memarkirkan motor. Lalu mengisi perut kami yang sembari tadi kosong, di warung lesehan drpan base camp. Dan di lanjutkan dengan melaksanakan sholat maghrib dan isya’ yang di jama’ dengan berjama’ah.
Setelah melengkapi berbagai prosedur dari membeli tiket, menyiapkan perlengkapan, dan lain – lainnya. Kami berlima belas memulai pendakian tepat pukul 18.30. yang sebelumnya kami melaksanakan do’a bersama yang di pimpin sahabat kami afiq. Dengan bermodalkan tekad yang kuat, lampu senter, dan jaket tebal kami memasuki kawasan gunung yang terkenal mistis nomor tiga di Indonesia itu. Karena gunung itu menjadi perebutan antara dua kerajaan. Antara kerajaan majapahit dan satu lagi aku tak tahu pastinya. Karena aku hanya mendengar cerita dari salah satu sahabatku.
Sesampainya kami di pos satu, kami beristirahat dengan meluruskan kaki kami dan mengisi perut kami dengan snack dan makanan seadanya. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan. kami mengisi kekosongan dalam perjalanan ini dengan bersholawat, terkadang bernyanyi dan bercanda bersama. Kurasakan bahwa medan yang kami tempuh mulai menanjak dan terjal. Banyak jalan yang kami lewati berlubang, licin. Di sini ku mulai merasakan bahwa nafasku mulai tersengal – sengal, dengan membawa beban di punggung dan berebut oksigen dengan pohon – pohon. Sesekali aku meminta beristirahat sejenak untuk menormalkan kembali pernafasanku.
Sahabat kami bernama afiq, yang tahu perjalanan menuju base camp kaki gunung tidak dapat berangkat bersama kami. Ia akan berangkat dari kediamannya. Akhirnya aku sebagai navigator dalam perjalanan ini. Dengan bermodalkan GPS dan peta yang telah di perbesar. Kami memulai perjalanan menuju karanganyar. Setelah memasuki kota klaten kami sedikit bingung, bisa di bilang kami sedikit nyasar. Akhirnya setelah menemukan jalan yang benar, kami melanjutkan perjalanan. kami melewati kota solo. sesampainya kami di kota kartasura kami melaksanakan sholat ashar dan dzuhur yang di jama’ dengan berjama’ah. Lalu kami melanjutkan perjalanan sampai di karanganyar dan jl. Lawu. Akhirnya kami bertemu dengan sahabat kami afiq yang berangkat dari kediamannya.
Hawa dingin telah menyergap tubuh kami, di lereng gunung lawu ini. Akhirnya kami sampai di base camp “ CEMORO KANDANG “ tepat pukul 19.00 kira-kira. Kami langsung memarkirkan motor. Lalu mengisi perut kami yang sembari tadi kosong, di warung lesehan drpan base camp. Dan di lanjutkan dengan melaksanakan sholat maghrib dan isya’ yang di jama’ dengan berjama’ah.
Setelah melengkapi berbagai prosedur dari membeli tiket, menyiapkan perlengkapan, dan lain – lainnya. Kami berlima belas memulai pendakian tepat pukul 18.30. yang sebelumnya kami melaksanakan do’a bersama yang di pimpin sahabat kami afiq. Dengan bermodalkan tekad yang kuat, lampu senter, dan jaket tebal kami memasuki kawasan gunung yang terkenal mistis nomor tiga di Indonesia itu. Karena gunung itu menjadi perebutan antara dua kerajaan. Antara kerajaan majapahit dan satu lagi aku tak tahu pastinya. Karena aku hanya mendengar cerita dari salah satu sahabatku.
Sesampainya kami di pos satu, kami beristirahat dengan meluruskan kaki kami dan mengisi perut kami dengan snack dan makanan seadanya. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan. kami mengisi kekosongan dalam perjalanan ini dengan bersholawat, terkadang bernyanyi dan bercanda bersama. Kurasakan bahwa medan yang kami tempuh mulai menanjak dan terjal. Banyak jalan yang kami lewati berlubang, licin. Di sini ku mulai merasakan bahwa nafasku mulai tersengal – sengal, dengan membawa beban di punggung dan berebut oksigen dengan pohon – pohon. Sesekali aku meminta beristirahat sejenak untuk menormalkan kembali pernafasanku.
Kami bergegas
melanjutkan pejalanan menuju pos selanjutnya. medan semakin menanjak dan berlubang.
Kami harus berhati-hati melalui jalanan setapak demi setapak karena meskipun
jalan bebatuan sangat licin ketika dilalui. Setelah melewati pos dua kami tetap
berjalan melanjutkan perjalanan dan disini hawa dingin semakin merasuk
seakan-akan menembus melewati pakaian tebal yang kami kenakan. Medan yang kami
lalui semakin menanjak terjal dan semakin licin. Tak jarang kami harus merayap
agar tidak jatuh. Tak jarang juga kami harus merunduk agar tidak mengenai
dahan-dahan pohon yang berada sejajar dengan kepala kami.
Jarak antara pos dua dengan pos tiga sangat jauh. Tak jarang kami saling menyemangati satu sama lain agar bisa sampai puncak bersama-sama. Dan saling membantu agar bisa melewati jalan-jalan yang terjal. Kami melewati jalan setapak di sebelah kiri kami jurang, yang hanya di batasi oleh tiga besi yang memanjang dan disebelah kanan kami tebing. Karena kami hanya dibantu oleh cahaya lampu senter. Kami memperlambat kecepatan berjalan kami agar tidak ada yang sampai terperosok dalam jurang. Meskipun keadaan malam itu gelap gulita dan berselimutkan dinginnya malam. Tapi kami tetap senang dan menikmati perjalanan kami, karena malam itu bintang-bintang mengedipkan cahayanya seakan-akan hendak menggoda kami dan cahaya bulan bersinar dengan terangnya dibalik lebatnya pepohonan menemani perjalanan kami. Terkadang kami melihat fatamorgana. Dari kejauhan terlihat seperti gubuk pos. tapi ketika didekati hilang lenyap tak berwujud.
Setelah berjalan cukup jauh kami sedikit bergembira ketika melihat sebuah bangunan beratapkan seng. bak pos tiga yang kami cari tetapi, kegembiraan kami luntur ketika papan yang kami baca menunjukkan bahwa pos itu adalah pos bayangan. Bukan pos tiga yang kami cari-cari. Kami terus melakukan perjalanan walaupun harus terpeleset, terseok-seok bahkan terjatuh. Disaat itu juga aku berfikir akankah kubisa melewati semua ini? disamping itu jalan semakin menanjak dan aku merasakan pusing di kepalaku. Setelah tak lama melewati pos tiga pukul 02.30 pagi. ditikungan jurang, badanku langsung lemas ketika melihat jalan menanjak lagi. “ Allahhu Akbar tanjakan lagi.. tak sanggup aku “ batinku. Akhirnya setelah dirunding-rundingkan. Empat sahabat termasuk aku dari berlima belas yang tidak sanggup melanjutkan perjalanan mendirikan tenda disamping jurang tersebut. Dan sahabat yang lainnya tetap melanjutkan perjalanan.
Kami berempat beristirahat ada pula yang mengisi kekosongan perut dengan makan makanan seadanya yang kami bawa. Keesokan harinya kami menghirup udara pagi yang sangat sejuk dan dingin berselimut kabut tebal. Lalu kami mengabadikan moment-moment kami selama pendakian dengan berfoto bersama. Setelah kami rasa cukup akhirnya kami berempat segera berkemas-kemas dan membereskan tenda kami. Kami berencana turun gunung menuju base camp tanpa sahabat kami yang masih berada di atas. Kami bertemu dengan beberapa pendaki lainnya, saling tegur sapa.
Akhirnya kami sampai base camp kira-kira pukul 16.00. setelah sebelumnya kami
Jarak antara pos dua dengan pos tiga sangat jauh. Tak jarang kami saling menyemangati satu sama lain agar bisa sampai puncak bersama-sama. Dan saling membantu agar bisa melewati jalan-jalan yang terjal. Kami melewati jalan setapak di sebelah kiri kami jurang, yang hanya di batasi oleh tiga besi yang memanjang dan disebelah kanan kami tebing. Karena kami hanya dibantu oleh cahaya lampu senter. Kami memperlambat kecepatan berjalan kami agar tidak ada yang sampai terperosok dalam jurang. Meskipun keadaan malam itu gelap gulita dan berselimutkan dinginnya malam. Tapi kami tetap senang dan menikmati perjalanan kami, karena malam itu bintang-bintang mengedipkan cahayanya seakan-akan hendak menggoda kami dan cahaya bulan bersinar dengan terangnya dibalik lebatnya pepohonan menemani perjalanan kami. Terkadang kami melihat fatamorgana. Dari kejauhan terlihat seperti gubuk pos. tapi ketika didekati hilang lenyap tak berwujud.
Setelah berjalan cukup jauh kami sedikit bergembira ketika melihat sebuah bangunan beratapkan seng. bak pos tiga yang kami cari tetapi, kegembiraan kami luntur ketika papan yang kami baca menunjukkan bahwa pos itu adalah pos bayangan. Bukan pos tiga yang kami cari-cari. Kami terus melakukan perjalanan walaupun harus terpeleset, terseok-seok bahkan terjatuh. Disaat itu juga aku berfikir akankah kubisa melewati semua ini? disamping itu jalan semakin menanjak dan aku merasakan pusing di kepalaku. Setelah tak lama melewati pos tiga pukul 02.30 pagi. ditikungan jurang, badanku langsung lemas ketika melihat jalan menanjak lagi. “ Allahhu Akbar tanjakan lagi.. tak sanggup aku “ batinku. Akhirnya setelah dirunding-rundingkan. Empat sahabat termasuk aku dari berlima belas yang tidak sanggup melanjutkan perjalanan mendirikan tenda disamping jurang tersebut. Dan sahabat yang lainnya tetap melanjutkan perjalanan.
Kami berempat beristirahat ada pula yang mengisi kekosongan perut dengan makan makanan seadanya yang kami bawa. Keesokan harinya kami menghirup udara pagi yang sangat sejuk dan dingin berselimut kabut tebal. Lalu kami mengabadikan moment-moment kami selama pendakian dengan berfoto bersama. Setelah kami rasa cukup akhirnya kami berempat segera berkemas-kemas dan membereskan tenda kami. Kami berencana turun gunung menuju base camp tanpa sahabat kami yang masih berada di atas. Kami bertemu dengan beberapa pendaki lainnya, saling tegur sapa.
Akhirnya kami sampai base camp kira-kira pukul 16.00. setelah sebelumnya kami
sempat tersesat sebelum menemukan base camp. Kami segera
membersihkan diri dan dilanjutkan melaksanakan ibadah sembari menunggu sahabat
kami lainnya yang masih diatas sana. Setelah semua dirasa cukup beristirahat,
kami bergegas meninggalkan base camp dan melanjutkan perjalanan kembali ke kota
Yogyakarta yang telah menunggu kami.
Dan dari sinilah aku banyak mengambil pelajaran dan pengalaman.
Dan dari sinilah aku banyak mengambil pelajaran dan pengalaman.